Malaka Maret 2017
Malaka sebagai kota yang penuh dengan sejarah mempunyai begitu banyak museum. Mayoritas museum tersebut adalah museum yang bersejarah dan punya nilai historikal yang tinggi. Salah satu museum yang saya datangi adalah Cheng Ho Cultural Museum yang terletak sangat dekat dengan jalan menuju ke Jonker Street. Museum ini masih kalah populer dibandingkan Museum Baba Nyonya Heritage dan juga Museum Maritim Malaka. Namun atas dasar rasa ingin tahu tentang karakter Laksamana Cheng Ho maka saya merasa bahwa pergi ke museum ini adalah penting, kemudian museum ini juga adalah museum kedua Laksamana Cheng Ho terlengkap setelah yang satu nya ada di negeri Tirai Bambu China.
Berdasarkan informasi dari Wikipedia, Cheng Ho adalah seorang Kasim beragama Islam berasal dari Propinsi Yunan. Cheng Ho melakukan perjalanan pertama nya dari negeri China pada abad ke-15. Dengan membawa armada laut 307 kapal laut dan 27 ribu armada laut, Cheng Ho melakukan perjalanan mulai dari Vietnam sampai dengan Afrika. Beliau juga sampai di Indonesia yaitu di Palembang, Jawa (Jawa Tengah), dan Sumatra.

Cheng Ho memang dari keluarga muslim. Ia anak dari Haji Ma Ha Zhi dan ibu dari marga Oen (Wen) di Desa He Tay, Kabupaten Kun Yang. Cheng Ho merupakan salah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan yang baik kepada Kaisar Cina Yong Le yang berkuasa dari tahun 1403 hingga 1424 yang merupakan kaisar ketiga dari dinasti Ming. Dalam semua ekpedisi pelayaran dunia, tak bisa melepaskan sebuah nama bernama Cheng Ho. Walaupun masih kalah populer dengan pelaut ulung seperti Bartolemeus Dias, Marco Polo, Vasco da Gama, Christopher Colombus,dan lainnya. Namun sebenarnya armada yang dimiliki oleh Cheng Ho jauh lebih besar dibandingkan dengan para pelaut Eropa.


Museum ini merupakan tempat peristirahatan sang Laksamana ketika dia datang berkunjung ke Malaka, setidaknya menurut informasi yang diberikan dalam museum bahwa Cheng Ho datang ke Malaka 5 kali selama 7 kali beliau melakukan pelayaran ke Barat. Oleh sebab itu Cheng Ho sangat menyukai sekali kota ini. Bangunan museum ini sarat dengan arsitektur rumah pada era Dinasti Ming, dan kabarnya lagi memang rumah ini dibangun demikian pada abad ke 15 khusus agar Cheng Ho merasa betah ketika beliau berkunjung ke Malaka.
Tiket menuju museum ini relatif murah yaitu 10 RM saja, nampak memang tempat ini not a tourisity place saya cuman seorang diri di museum ini. Awalnya kita akan diperlihatkan oleh beberapa diorama terkait dengan asal mula Cheng Ho yaitu penjelasan dimana beliau lahir, dan yang paling saya sukai adalah patung kakek Cheng Ho yang sedang mengajarkan kepada cucu nya tentang perjalanan ke Tanah suci Mekah dan hal itu sangat menginspirasi Cheng Ho untuk melakukan ekspedisinya yang luar biasa ini. Selain itu di ruang ini juga ada beberapa barang pribadi Cheng Ho yang ditingalkan oleh beliau pada masa berkunjung ke Malaka di antaranya adalah tandu Cheng Ho, kereta kuda, dan bahkan lonceng milik beliau.


Ruang berikutnya adalah ruang sejarah Malaka, ternyata catatan infografis di museum ini tentang sejarah Malaka menurut saya sangat lengkap. Saya melihat penjelasan dimulai dari ketika Parameswara menemukan Malaka dan membangun kesultanan di wilayah ini sampai kisah kolonialisme yang silih berganti mulai dari Portugis, Belanda, Inggris, sampai dengan Jepang. Sangat lengkap sekali malah saya belajar banyak sejarah Malaka malah dari museum ini jadi ini merupakan sebuah nilai tambah di museum ini

Ruang selanjutnya berisi replika Budaya Ming, yang banyak berisi replika manusia bercocok tanam, berkebun, menangkap ikan, dan memasak. Selama Cheng Ho berlayar dan berjumpa dengan banyak sekali suku yang sangat beragam beliau mengajarkan berbagai teknik kepada masyarakat misal teknik bercocok tanam, teknik menangkap ikan, dan lain nya sehingga menjadikan Cheng Ho sangat dicintai oleh banyak orang karena dia tidak hanya datang berkunjung namun memberikan pelajaran tentang budaya Ming yang akhirnya diakulturasikan ke dalam kebudayaan masing-masing suku yang beliau jumpai. Salut banget sama sang Laksamana.


Setelah melewati ruangan ketiga, saya pun beranjak ke atas di sini masih berhubungan dengan budaya Dinasti Ming yaitu keramik. Yup seperti kita ketahui bersama Dinasti Ming terkenal dengan keramiknya yang sangat indah, keramik ini banyak terdapat di setiap wilayah yang beliau kunjungi. Selang beberapa langkah dari ruang keramik, kita akan dikagetkan dengan sebuah ruangan yang ya ampun banyak banget replika kapal kuno dinasti ming. Kita sudah sampai di tempat utama di museum ini yaitu replika armada Cheng Ho, pemilik museum adalah orang yang sangat detail sesuai informasi saya sebelumnya bahwa setiap Cheng Ho datang berkunjung ke suatu negara beliau akan ditemani oleh 307 kapal dan benar sang pemilik museum pun mempunyai 307 kapal replika di museum ini hebat kan….

Epik ini menurut saya karena saya terus terang baru ini melihat replika kapal sebanyak ini, sampai berpikir kenapa gak masuk Guinnes Record ya. Setelah melewati replika kapal ada beberapa informasi tentang navigasi kapal dan cara Cheng Ho menentukan arah dalam setiap perjalanan nya. Selain replika kapal ada juga miniatur kota Malaka tempo dulu yang mirip mirip Macau saya lihat karena banyak sekali rumah beratap orange yang cantik sekali.


Tidak dapat dipungkiri bahwa Sang Laksamana adalah seorang muslim, untuk menghormati hal itu maka dibuat sebuah ruang khusus untuk menceritakan bagaimana pengalaman beliau dalam membangun mesjid di masing-masing wilayah yang beliau kunjungi, berikut juga diceritakan kisah pengalaman beliau berkunjung ke Tanah Suci Mekah. Di Indonesia sendiri pun ada mesjid dari Sang Laksamana yaitu di wilayah Surabaya.

Ruangan tentang Islam merupakan ruangan terakhir sebelum turun ke bawah dan perjalanan saya di museum ini selesai. Ada beberapa hal yang saya sukai dari museum ini yaitu :
- Paling lengkap dalam hal sejarah Malaka dan jadi jelas banget kisah sejarah nya kota Malaka
- Kagum banget dengan tokoh Laksamana Cheng Ho seorang kasim Muslim yang menjadi pelaut sejati yang sejajar dengan pelaut pelaut Eropa
- Replika kapal nya itu loh keren banget sang pengurus museum betul betul detail sekali memperhatikan masing-masing kapal yang berjumlah 307 itu.
- Tidak hanya tentang Sejarah kita juga bisa mempelajari tentang Budaya Dinasti Ming , dan budaya beberapa negara yang pernah dikunjungi oleh Laksamana Cheng Ho salah satunya adalah Indonesia

Nah tunggu apalagi jika anda ingin berkunjung ke Malaka dan mencari variasi wisata anda worth it sekali untuk dijadikan salah satu tempat yang bisa anda kunjungi selama perlancongan anda ke Malaka.
Sekian dan berhubung Ramadhan saya mau mengucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa untuk yang Merayakan nya Mohon Maaf Lahir Bathin.
Ferdi Cullen
sayang waktu ke melaka gk ke museumnya
LikeLike
Setelah dari Eropa berarti harus ke Malaka lagi nih mbak Winny hehehe
LikeLike
Aku kagum juga sama Cheng Ho. Baru ketemu Cheng Ho di sam Poo Kong Semarang (ketemu patungnya :D). Lengkap ya isi museumnya. yang replika kapal banyak itu kereeen banget. Kalau hari Minggu museumnya buka enggak ya, kak?
LikeLike
Wah aku juga penasaran dengan Cheng ho yang di Semarang, dan belum ada kesempatan untuk melihat langsung Cheng Ho di Jawa Tengah ini semoga someday, untuk museum yang ada di Malaka ini setau saya buka setiap hari dari senin sd minggu pukul 09 pagi sampai dengan 5 sore
LikeLike
Wah, ada galeri Indonesia 🙂
LikeLike
Benar sekali, Cheng Ho sangat menyukai Indonesia loh mas
LikeLiked by 1 person
Hi All im noob here. Good article! Thx! Love your stories!
LikeLike